Penulis : Al-Ustadz Qomar ZA, Lc
Dinukil dari www.asysyariah.com
Di antara Al-Asma’ul Husna adalah ﮨ (Al-Hayyu), Yang Maha Hidup.
Nama Allah Al-Hayyu ini telah disebutkan dalam beberapa ayat di antaranya:
اللهُ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّومُ لَا تَأْخُذُهُ سِنَةٌ وَلَا نَوْمٌ لَهُ مَا فِي السَّمَوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ مَنْ ذَا الَّذِي يَشْفَعُ عِنْدَهُ إِلَّا بِإِذْنِهِ يَعْلَمُ مَا بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَمَا خَلْفَهُمْ وَلَا يُحِيطُونَ بِشَيْءٍ مِنْ عِلْمِهِ إِلَّا بِمَا شَاءَ وَسِعَ كُرْسِيُّهُ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضَ وَلَا يَئُودُهُ حِفْظُهُمَا وَهُوَ الْعَلِيُّ الْعَظِيمُ
“Allah, tidak ada Ilah (yang berhak disembah) melainkan Dia yang hidup kekal lagi terus-menerus mengurus (makhluk-Nya), tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan di bumi. Tiada yang dapat memberi syafaat di sisi Allah tanpa izin-Nya. Allah mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka dan di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya. Kursi Allah meliputi langit dan bumi. Dan Allah tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar.” (Al-Baqarah: 255)
اللهُ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّومُ
“Allah, tidak ada Ilah (yang berhak disembah) melainkan Dia. Yang Hidup kekal lagi terus-menerus mengurus makhluk-Nya.” (Ali ‘Imran: 2)
وَتَوَكَّلْ عَلَى الْحَيِّ الَّذِي لَا يَمُوتُ وَسَبِّحْ بِحَمْدِهِ وَكَفَى بِهِ بِذُنُوبِ عِبَادِهِ خَبِيرًا
“Dan bertawakkallah kepada Allah yang hidup (kekal) yang tidak mati, dan bertasbihlah dengan memuji-Nya. Dan cukuplah Dia Maha mengetahui dosa-dosa hamba-hamba-Nya.” (Al-Furqan: 58)
“Dialah yang hidup kekal, tiada Ilah (yang berhak disembah) melainkan Dia; maka sembahlah Dia dengan memurnikan ibadah kepada-Nya. Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam.” (Ghafir: 65)
Disebutkan pula dalam hadits Abdullah bin Abbas radhiyallahu ‘anhuma, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallamdahulu pernah berdoa:
اللَّهُمَّ لَكَ أَسْلَمْتُ وَبِكَ آمَنْتُ وَعَلَيْكَ تَوَكَّلْتُ وَإِلَيْكَ أَنَبْتُ وَبِكَ خَاصَمْتُ، اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِعِزَّتِكَ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ أَنْ تُضِلَّنِي أَنْتَ الْحَيُّ الَّذِي لَا يَمُوتُ وَالْجِنُّ وَالْإِنْسُ يَمُوتُونَ
“Ya Allah, kepada-Mulah aku berserah diri, kepada-Mulah aku beriman, kepada-Mulah aku bertawakkal, kepada-Mulah aku kembali, dan dengan kekuatan dari-Mulah aku bertikai dengan musuh. Ya Allah, aku berlindung dengan kemuliaan-Mu -tiada sesembahan yang benar melainkan Engkau- dari Engkau sesatkan aku, Engkaulah Yang Maha Hidup, yang tidak akan mati sementara jin dan manusia mati semua.” (Shahih, HR. Muslim)
Asy-Syaikh Muhammad Khalil Al-Harras mengatakan:
“Makna Al-Hayyu adalah yang memiliki sifat hidup dengan kehidupan yang sempurna dan abadi, di mana tidak menimpainya kematian ataupun fana, karena sifat hidup bagi-Nya merupakan sifat Dzat Allah Subhanahu wa Ta’ala yang Maha Suci. Sebagaimana sifat Al-Qayyum mengharuskan adanya seluruh sifat fi’liyyah Allah Subhanahu wa Ta’ala (yang terkait dengan perbuatan-Nya) yang sempurna, maka demikian pula sifat hidup-Nya mengharuskan adanya seluruh sifat dzatiyyah (yang terkait dengan Dzat-Nya) yang sempurna, baik itu sifat ilmu, kemampuan, keinginan, pendengaran, penglihatan, kemuliaan, kesombongan, keagungan, dan semacamnya.” (Syarh Nuniyyah, 2/112 lihat juga hal. 66)
Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin rahimahullahu mengatakan:
“Yakni yang memiliki kehidupan yang sempurna yang mengandung seluruh sifat kesempurnaan, tidak didahului oleh ketiadaan, dan tidak disudahi dengan kelenyapan, serta tidak tertimpa kekurangan pada sisi manapun.” (Syarh Al-Wasithiyyah hal. 134)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar